tb

Jumat, 10 Agustus 2012

Spanyol, Jaya di Masa Islam


Spanyol, Jaya di Masa Islam

Masuk dan menyebarnya Islam di Spanyol menjadi fakta
sejarah yang membantah kesan bahwa dakwah Islam
disampaikan dengan kekerasan. Tak hanya itu, Islam di
Spanyol juga telah mengantarkan wilayah ini mencapai
kejayaannya dengan sejumlah penemuan ilmiah
revolusioner.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di kalangan
orientalis Barat berkembang persepsi, dalam dakwahnya
para tokoh Islam ibarat menggenggam Al-Qur'an di tangan kanan dan
menghunus sebilah pedang di tangan kiri.
Seolah-olah, demikian dikesankan para orientalis, satu-satunya pilihan bagi
mereka yang tidak menerima Islam adalah: mati! Penilaian tersebut untuk
menstigma bahwa Islam adalah ajaran kejam dan pengikutnya tidak lebih dari
seorang jagal. Padahal peperangan yang dilakukan Islam di masa Rasul dan
sahabatnya ataupun masa sesudahnya, jauh dari kesan kejam dan brutal.
Syari'at Islam menjelaskan perang dalam Islam terdiri dari dua jenis. Pertama
adalah perang defensif karena diserang dan dalam rangka mempertahankan diri
atau mempertahankan wilayah kaum muslimin. Kedua, perang ofensif dengan
tujuan menghancurkan penghalang dakwah. Biasanya penghalang dakwah
berupa digelarnya pasukan oleh penguasa kafir yang menolak wilayahnya
dimasuki ajaran Islam dan kaum muslimin. Karena menyebarkan dakwah adalah
kewajiban syara', maka peperangan menjadi metoda yang absah dalam konteks
syari'at Islam dan sejarah perkembangan Islam.
Lagipula perang dalam Islam untuk menghidupkan umat manusia, bukan
memusnahkan. Oleh karena itu, ketika kaum muslimin menang perang dan
menguasai wilayah, tidak bertujuan menjajahnya.
Masuk dengan Damai
Islam sendiri, jelas mengutamakan perdamaian. Perjalanan sejarah masuk dan
menyebarnya Islam di Spanyol, menjadi salah satu buktinya. Dalam proses yang
memakan waktu relatif singkat, tiga tahun, Islam berhasil menyebar ke seantero
Spanyol. Hebatnya lagi, para pendakwah yang memperkenalkan Islam di
Spanyol dari tahun 711 hingga 714 Masehi itu, hanya mengalami satu kali
peperangan.
Peperangan itu pecah pada awal masuknya Islam ke sana, yaitu sekitar tahun
709 Masehi di Guadelete, sebuah kota terkemuka dekat Cadiz. Peperangan itu
sebenarnya bermula dari pertikaian antara sesama umat Kristen Spanyol. Raja
Roderick yang berkuasa saat itu memaksakan keyakinan trinitas Kristen yang
dianutnya kepada umat Nasrani Aria. Berbeda dengan para pendukung Roderick
yang meyakini Nabi Isa sebagai Yesus, yaitu Allah Bapak, Anak Tuhan, dan Ruh
Kudus, kaum Nasrani Aria meyakini Nabi Isa semata sebagai Rasulullah.
Pemaksaan keyakinan Trinitas oleh Raja Roderick ini menimbulkan penindasan di
kalangan Nasrani Aria. Lantas pimpinan merekapun mendukung pasukan Muslim
pimpinan Tariq bin Ziyad, sesaat setelah memasuki wilayah Andalusia melalui
selat Giblatar. Maka pecahlah perang antara pasukan Raja Roderick dengan
pasukan Muslim pimpinan Tariq bin Ziyad. Sejarawan Barat yang beraliran
konservatif, W. Montgomery Watt dalam bukunya Sejarah Islam di Spanyol
mencoba meluruskan persepsi keliru para orientalis Barat yang menilai umat
Islam sebagai yang suka berperang. Menurutnya, "Mereka (para orientalis)
umumnya mengalami mispersepsi dalam memahami jihad umat Islam. Seolaholah
seorang muslim hanya memberi dua tawaran bagi musuhnya, yaitu antara
Islam atau pedang. Padahal bagi pemeluk agama lain, termasuk ahli kitab,
mereka bisa saja tidak masuk Islam meski tetap dilindungi oleh pemerintahan
Islam".
Itulah yang terjadi sepanjang perjalanan sejarah masuknya Islam ke Spanyol.
Islam tak hanya masuk dengan damai, namun dengan cepat menyebar dan
membangun peradaban tinggi hingga Spanyol mencapai puncak kejayaannya.
Kota-kota terkemuka Spanyol seperti Andalusia dan Cordova menjadi center of
excellent peradaban dunia.
Montgomery menganalisa, ini karena Islam tak mengenal pemisahan yang kaku
antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain
dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syari'at Islam sama pentingnya
dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Tak mengherankan jika para ulama terkemuka seperti Ibnu Rusyd (1126-1198)
misalnya, yang di Barat dikenal dengan Averous, diakui pula sebagai ilmuwan
yang handal di bidangnya. Demikian halnya dengan Ibnu Arabi (1165-1240)
yang juga telah mengharumkan Islam di Spanyol.
Ilmu pengetahuan bukanlah bagian yang terpisahkan dari syari'at Islam dan
etika moral. Menurut Montgomery, tak ada yang dapat melukiskan relasi antara
ilmu pengetahuan, agama, dan etika daripada kata-kata filosofis Ibnu Rusyd.
Filsafat tak berarti apa-apa jika tak bisa menghubungkan ilmu pengetahuan,
agama, dan etika dalam suatu relasi harmonis. Ilmu pengetahuan, demikian
Ibnu Rusyd, dibangun di atas fakta-fakta dan logika hingga sampai kepada suatu
penjelasan rasional. Etika, merefleksikan manfaat setiap riset ilmiah, sehingga
harus dapat memberi nilai tambah bagi kehidupan. Sedangkan firman Allah,
itulah Al-Qur'an, menjadi satu-satunya pembimbing kita untuk sampai pada
tujuan hakiki dari hidup ini.
Temuan-temuan Iptek
Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak
bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para
pembawa risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari
kajian etika serta syari'at Islam yang didakwahkan para da'i.
Itulah yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol: Pengetahuan
itu satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip
"tauhid" semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim dalam
mengembangkan sains dan teknologi.
Tak mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini
sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright menemukan
pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat transportasi
penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass. Bahkan ia sudah
mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya tak sempurna.
Sayangnya, sejarah peradaban dunia Islam yang berbasis di Andalusi, Spanyol
itu, tak terekam oleh Barat. Sementara catatan-catatan sejarah Islam, ditutup
rapat untuk tak dijadikan referensi.
Toh sejarah tak bisa berdusta. Demikian halnya dalam pengembangan ilmu
kedokteran oleh para pakar muslim. Selain Ibnu Rusyd, adalah Az-Zahrawi yang
dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan teknik pembedahan
manusia. Az-Zahrawi yang lahir dekat Cordova pada 936 Masehi, dikenal sebagai
penyusun ensiklopedi pembedahan yang karya ilmiahnya itu dijadikan referensi
dasar bedah kedokteran selama ratusan tahun. Sejumlah universitas, termasuk
yang ada di Barat, menjadikannya sebagai acuan.
Demikian halnya kontribusi ilmuwan Islam di bidang astronomi. Adalah Az-
Zarqalli, astronom muslim kelahiran Cordova yang pertama kali
memperkenalkan astrolabe. Yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur jarak sebuah bintang dari horison bumi. Penemuan ini menjadi
revolusioner karena sangat membantu navigasi laut. Dengan demikian,
transportasi pelayaran berkembang pesat selepas penemuan astrolabe.
Sementara pakar geografi, Al-Idrisi, yang lahir di Ceuta pada 1099 Masehi,
setelah menuntut ilmu di Cordova juga menemukan dan memperkenalkan teknik
pemetaan dengan metode proyeksi. Suatu metode yang sama dengan yang
dikembangkan Mercator, empat abad kemudian.
Eropa Berhutang Budi Temuan sains dan teknologi, serta kajian filsafat Muslim
Spanyol, mengalir ke seluruh kawasan ibarat mengairi kekeringan kehidupan
intelektual Eropa. Para pelajar dari Eropa Barat memenuhi perpustakaanperpustakaan
serta kampus-kampus perguruan tinggi yang dibangun oleh
ilmuwan muslim di sana.
Pola pendidikan yang dikembangkan para ilmuwan muslim di sana, sungguh
memikat para pelajar dari Eropa. Dalam kitabnya yang berjudul Muqaddimah,
ulama Muslim terkemuka Ibnu Khaldun menilai metode pendidikan yang
dikembangkan saat itu sebagai "Mengarahkan seseorang untuk mengerti sesuatu
melalui apa yang dikerjakannya". Secara sederhana Ibnu Khaldun menyebutnya
sebagai "Metode belajar dengan hati" atau "Learning by doing" dalam bahasa
kita sekarang.
Kondisi inilah yang mencerahkan paradigma berpikir orang-orang Eropa.
Menurut Montgomery, cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban
Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan
peradaban Islam yang menjadi "dinamo"nya, Barat bukanlah apa-apa.
Inilah yang sesungguhnya menjadi momentum Eropa memasuki masa
Renaissance. Pada abad sembilan, demikian Montgomery, Universitas Cordoba
menjadi gerbang Eropa memasuki zaman pencerahan. Sayangnya orang-orang
Eropa merasa pencerahan mereka berawal pada abad enam belas dari Florence
di Italy.
Yaitu pada saat pemimpin Eropa bersepakat 'meninggalkan' agama dalam segala
aspek kehidupan dan mengembangkan apa yang disebut sekularisme. Akibatnya,
keagungan peraaban Islam yang dibangun di Spanyol berakhir dengan tragis.
Yaitu pada saat penguasa di sana menghancurkan semua karya pemikiran para
ilmuwan muslim. Tidak hanya karya-karyanya yang dimusnahkan, para
ilmuwannya pun disingkirkan.
Ibnu Massarah diasingkan, Ibnu Hazm diusir dari tempat tinggalnya di Majorca,
kitab-kitab karya Imam Ghazali dibakar, ribuan buku dan naskah koleksi
perpustakaan umum al Ahkam II dihanyutkan ke sungai. Ibnu Tufail, Ibnu
Rushdy disingkirkan. Nasib yang sama, juga dialami Ibnu Arabi.


Akhirnya, kebijakan bumi hangus tersebut telah menyebabkan kesulitan
merekonstruksi perjalanan sejarah Islam di Sevila, Cordoba, dan Andalusia
sebagai bukti keagungan peradaban Islam di Spanyol tidak bias dipungkiri,
meski kemudian sirna dihancurkan dalam Perang Salib. Tepat pada 2 Januari
1492, Sultan Islam di Granada, Abu Abdullah, untuk terakhir kalinya melihat Al
Hambra...

Senin, 07 Mei 2012

Riwayat Abu Bakar


Riwayat Abu Bakar Ash Shidiq
Peringkat orang Islam dalam ada diurutkan sebagai berikut yaitu :
  1. Kedudukannya Para Nabi
  2. Kedudunnya orang Shidiq (Shidiqiin)
  3. Kedudunnya Orang-orang yang mati Syahid (Syuhada ) atau Orang yang benar benar akan tentang kesaksiannya kepada Allah
  4. Orang-orang Sholeh (Sholikhiin)
Itu terbukti atau dibuktikan pada waktu nabi meninggal digantikan oleh AsShidiq, dengan begitu orang yang paling sempurna keimanannya dan benarnya setelah para nabi khususnya setelah nabi muhammad SAW adalah Abu Bakar As Shidiq dibawah ini kisah lengkapnya
Abu Bakar dilahirkan di Mekkah dua setengah tahun setelah tahun Gajah, atau lima puluh setengah tahun sebelum dimulainya Hijrah. Di masa pra Islam dikenal sebagai Abul Kaab. Ketika masuk Islam, Nabi memberinya nama Abdullah dengan gelar Ash-Shiddiq (orang terpercaya). Ia termasuk suku Quraisy dari Bani Taim, dan silsilah keturunannya sama dengan Nabi Muhammad SAW dari garis ke 7. Dialah salah seorang pemimpin yang sangat dihormati sebelum dan sesudah memeluk Islam. Nenek moyangnya pedagang. Abu Bakar sesekali mengadakan perjalanan dagang ke Syria atau Yaman. Ia sering datang mengunjungi Nabi. Ketika turun wahyu pertama pada Nabi, Abu Bakar sedang berada di Yaman. Ketika kembali ke Mekkah ia mendengar kabar bahwa para pemimpin Quraisy seperti Abu Jahal mengejek pernyataan pengangkatan Muhammad menjadi Rasul Allah. Mendengar kabar itu, ia sangat marah. Lalu Abu Bakar bergegas datang ke rumah Nabi dan langsung mengikrarkan dirinya memeluk Islam.
Sudah diakui secara luas, bahwa pemeluk agama Islam pertama diantara orang dewasa adalah Abu Bakar, diantara kaum muda tercatat nama Ali bin Abu Thalib, sedang diantara kaum wanita adalah Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Rasulullah. Abu Bakar, adalah seorang saudagar yang kaya raya. Untuk mendukung kemajuan agama Islam saat itu, ia telah menyerahkan seluruh harta kekayaannya. Disamping itu, ia juga telah membeli dan membebaskan sejumlah budak belian. Ia termasuk sahabat yang mengalami segala macam penderitaan, intimidasi dan siksaan demi pengabdiannya pada kepercayaan barunya, Islam. Pada suatu ketika ia pernah dipukuli hingga pinsan. Keberanian dan kebulatan tekad yang ditunjukkan Nabi dan para sahabat yang setia dalam menghadapi kaum musyrik akan selalu menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang berjuang demi kebenaran.
Abu Bakar mempunyai 40.000 dirham ketika masuk agama Islam, tapi kemudian hanya tinggal 5.000 dirham saja pada waktu hijrah. Beliau pergi hijrah ke Madinah menemani Nabi, dan meninggalkan istri serta anak-anaknya pada lindungan Allah.
Ia juga berjuang bahu-membahu dengan Nabi dalam pertempuran mempertahankan diri, disaat para pemeluk agama baru itu sedang berjuang untuk mempertahankan agamanya. Abdurrahman bin Abu Bakar setelah masuk Islam, bercerita kepada ayahnya bahwa ketika perang Badar, sebenarnya ia dapat dengan mudah membunuh ayahnya. Abu Bakar menjawab: “Demi Allah, sekiranya saat itu aku melihatmu, pasti aku membunuhmu.”
Abu Bakar meninggal dalam usia 63 tahun, dan ke-Khalifahannya berlangsung hanya selama dua tahun tiga bulan sebelas hari, jenazahnya dimakamkan di samping makam Nabi.
Pada waktu Nabi wafat, Abu Bakar dipilih menjadi khalifah Islam yang pertama. Setelah terpilih, banyak orang berebut menawarkan bai’at, khalifah lalu menyampaikan pidatonya yang mengesankan di hadapan para pemilih.
Abu Bakar berkata: “Saudara-saudara, sekarang aku telah terpilih sebagai Amir,meskipun aku tidak lebih baik dari siapa pun di antara kalian. Bantulah akau apabila aku berada di jalan yang benar, dan perbaikilah aku apabila aku berada di jalan yang salah. Kebenaran adalah suatu kepercayaan; kesalahan adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat bersamaku sampai kebenarannya terbukti, dan orang yang kuat di antara kalian akan menjadi lemah bersamaku sampai kuambil apa yang menjadi haknya. Patuhlah kepadaku sebagaimana aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak mematuhi-Nya dan Rasul-Nya, janganlah sekali-kali kalian patuh kepadaku.”
Abu Bakar berdiri tegak bagaikan batu karang menghadapi kekuatan-kekuatan yang mengacau setelah Nabi wafat. Nampaknya seluruh struktur Islam yang telah diletakkan Nabi yang baru saja mangkat akan hancur berantakan. Namun Abu Bakar sebagai seorang sahabat setia Nabi telah membuktikan dirinya menjadi orang yang kuat memegang teguh pada jalan yang ditunjukkan Nabi.
Selama Nabi sakit, satuan tentara yang berkekuatan 700 orang dimobilisir di bawah pimpinan Usama bin Zaid menuntut balas atas kekalahan orang-orang Muslim dari tangan pasukan Romawi. Dan begitu Nabi wafat terjadi pula huru-hara besar.
Suatu ketika Abu Bakar hendak memerangi kabilah-kabilah yang enggan membayar zakat, namun rencananya tidak mendapatkan restu dari sahabat-sahabat dekatnya. Kemudian sahabat-sahabatnya memberinya nasihat, agar tidak mengirimkan tentara keluar Madinah pada saat-saat kritis seperti itu. Tapi Abu Bakar teguh pada pendiriannya. Ia tetap melaksanakan rencananya. Berkaitan dengan nasihat dari sahabat-sahabat dekatnya. Abu Bakar berpendapat, jika ia melaksanakannya maka dirinya akan menjadi orang terakhir yang mengubah perintah-perintah Nabi.
Pengukuhan Usamah sebagai panglima pasukan berkuda yang diangkat Nabi dipimpin langsung oleh khalifah sendiri. Tentara Usamah menyelesaikan tugasnya dalam tempo empat puluh hari. Ekspedisi itu berpengaruh sangat baik terhadap suku-suku Arab yang mulai membandel dan ragu tentang kekuatan Islam yang sesungguhnya. Tindakan Abu Bakar yang imajinatif, tepat waktu, dan dinamis, telah menyatukan kekuatan Islam.
Segera Abu Bakar menghadapi krisis lainnya. Waktu Nabi wafat, sejumlah nabi palsu, yaitu para penipu lihai yang muncul di berbagai bagian Arab. Di antara mereka yang terkenal ialah Aswad Asni, Tulaihah Bani Asad, Musailamah si Pendusta, dan Sajah seorang wanita Yaman. Di suatu daerah di Zuhl Qassa, khalifah membagi sebelas pasukan untuk menyamai jumlah komandannya dan menugaskan mereka di berbagai sektor. Ekspedisi melawan Musailamah terasa sangat berat dan baru setelah Khalid bin Walid menggempur dengan dahsyatnya, musuh dapat dihancurkan. Musailamah mati terbunuh. Seorang sejarawan bernama Tabrani mengatakan, “Belum pernah Muslimin bertempur sedahsyat pertempuran itu.”

A. Latarbelakang Kepmimpinan Abu Bakar
Sepeninggal Nabi Muhammad Saw. Sahabat Muhajirin dan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Saadah untuk membicarakan tampuk pimpinan, sebagai pengganti beliau. Abu Bakar yang memimpin rapat waktu itu berkata:’’Kami dari keturunan Quraisy, maka pimpinan juga dari golongan kami.” Saat perdebatan antara dua kubu tersebut memuncak, Abu Bakar melanjutkan perkataannya: “Orang Arab tidak bakal mampu menyelesaikan persoalan tanpa orang Quraisy. Rasulullah pernah bersabda:setelah aku, persoalan (kepemimpinan) ini ada di tangan orang-orang Quraisy” Kemudian ia berkata seorang sahabat dari Anshar, Basyir bin Saad, “Apakah kamu pernah mendengar rasul bersabda bahwa para pemimpin adalah dari orang Quraisy?” Basyir menjawab: “Demi Allah, ya”.

Menurut al-Baladziri, ketika Rasulullah wafat, Umar bin Khattab mendatangi Abu Ubaidah bin Jarrah: “ Aku membaiatmu”, kata Umar. Seperti diketahui bahwa Umar bin Khattab adalah seorang tokoh Quraisy, beguitu juga Abu Ubaidah bin Jarrah.
Tatkala pembaitan jatuh di tangan Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib merasa tidak puas. Abu Ubaidah menemuinya, lalu berkata: “Hai putra pamanku, engkau masih muda, sedangkan mereka adalah sesepuh kaummu (sesepuh Quraisy), pengetahuan dan penga lamanmu belum cukup jika dibandingkan dengan mereka. Dalam hal ini Abu Bakar lebih unggul dan cakap dari kamu. Terimalah dia Sesungguhnya jika engkau diberi umur panjang, kelak engkau akan mendudukinya”.
B. Kondisi Masyarakat Sepeninggal Muhammad SAW.
Meninggalnya Rasulullah pada usia 63 tahun, meninggalkan kesan dan pengaruh yang kuat kepada kaum muslimin. Meskipun mereka baru saja menerima fatwa-fatwa bahwa seorang nabi tidak dapat hidup selama-lamanya dan rasul akan menemui Tuhan, para sahabat sebagai pahlawapahlawan yang ulung dan pemberani, juga sempat panik. Banyak diantara mereka yang tidak mempercayai berita wafatnya Rasul yang dating dengan tiba-tiba. Setelah Abu Bakar mendengar kabar tersebut, ia segera menemui orang-orang yang sedang berkerumun untuk menenangkan dan menghilangkan kebingungan mereka. Abu Bakar berpidato: “Wahai manusia, barang siapa yang memuja Muhammad , Muhammad telah mati,tetapi siapa yang memuja Tuhan, tuhan hidup selama-lamanya, tiada mati-matinya”. Kemudian ia membaca ayat yang memperkuat apa yang diucapkannya.
Dengan wafatnya Rasul, maka umat islam dihadapkan dengan masalah sangat Kritis. Sebagaian dari mereka bahkan ada yang menolak iIslam. Ada golongan yang murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi, golongan tidak mau membayar zakat. yang masih tetap patuh kepada agama Islam adalah penduduk Makkah, Madinah dan Thaif. Mereka tetap memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mengembalikan kejayaan Islam.
C. Sistem Pemilihan Kholifah
Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah, memenuhi tata cara perundingan yang dikenal dunia modern saat ini. Kaum Anshar menekankan pada persyaratan jasa, mereka mengajukan calon Sa’ad ibn Ubada. Kaum Muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan, mereka mengajukan calon Abu Ubadah ibn Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam Islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik. Melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah.
D. Kebijakan-kebijakan Pemerintah
Maju mundurnya suatu pemerintahan akan sangat bergantung kepada pemegang kekuasaan. Sehubungan dalam periode Khulafa’ al-Rasyidin Abu Bakar adalah khalifah(pemimpin Negara) yang pertama. Maka kualitas seorang khalifah memberi contoh tersendiri dalam menentukan kebijakan-kebijakan di berbagai bidang yang berhubungan dengan hajat hidup masyarakst yang dipimpinnya. Demikian pula dalam mengatasi berbagai krisis dan gejolak yang muncul dalam pemerintahannya.
1. Memerangi Kaum Riddah
Sebaagai khalifah pertama, Abu Bakar dihadap pada keadaan masyarakat seninggal Muhammad saw. Ia bermusawarah dengan para sahabat untuk menentukan tindakan yang harus diambil dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Meski terjadi perbedaan pendapat tenteng tindakan yang akan dilakukan dalam kesulitan yang memuncak tersebut,kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hatinya.seraya bersumpah dengan tegas ia menyatakan akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran,sehingga semuanya kembali kejalan yang benar atau harus gugur sebagai syahid dalam membela agama Allah. Ketegasan Abu Bakar ini disambut oleh segenap kaum muslimin.
Untuk memerangi kemurtadan ini dibentuklah sebelas pasukan. Sebelum pasukan dikirim ke daerah yang ditinjau, terlebih dahuludikirim surat yang menyeru kepada mereka agar kembali kepada ajaran Islam, namun tidak mendapat sambutan. Terpaksa pasukan dikirimkan dan membawa hasil yang gemilang. Kebijakan tersebut dilakukan dengan tujuan terciptanya persatuan umat, penegakan hokum dan keadilan. Hal lain yang dilakukan Abu Bakar adalah mengangkat Ali sebagai deputinya untuk mengurusi masalah kesekretariatan Negara di samping Umar dsan Abu Ubadah ibn Jarrah. Dalam masalah keadilan, ia berjanji akan melindungi si lemahdari pemerkosaan si kuat tanpa pandang bulu.

2. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Dalam masalah penataan birokrasi pemerintahan khalifah Abu Bakar masih meneruskan system pemerintahan yang bersifat sentral, yakni sepertihalnya pemerintaha n yang berjalan dimasa Rasululla ,yaitu kekuasaan eksekutif, legeslatif, yudikataf terpusat disatu tangan.
3. Pembukuan Al-Qur’an
Penulisan ayat-ayat al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah, bahkan sejak masa awal diturukannya al-Qur’an yang diwahyukan ssecara berangsur-angsur selama 23tahun. Setiap kali menerima wahyu rasulullah selalu membacakan dan mengajarkannya kepada sahabat serta memerintahkan mereka untuk menghafalkannya. Rasul juga memerintahkan kepada sahabat yang pandai menulis agar menuliskannya di pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu dan kepingan-kepingan tulang. Pada masa Rasulullah, tulisan-tulisan itu belum dikumpulkan dalam satu mushaf, tetapi masih berserakan.
Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakar menjadi khalifah, terjadi perang Yamamah yang merenggut korban kurang lebih 70 sahabat penghafal al-Qur’an. Banyaknya sahabat yang gugur dalam peristiwa tersebut,timbul khekhawatiran di kalangan sahabat khususnya Umar ibn Khatab,akan menyebabkan hilangnya al-Qur’an. Umar menyarankan kepeda Abu baker agar menghimpun surah-surah dan ayat-ayat yang masih berserakan kedalam satu mushaf. Awalnya Abu Bakar keberatan karena hal seperti itu tidak dilakukan oleh rasul. Umar menyakinkan kepada Abu Bakar bahwa hal itu semata-mata untuk melestarikan al-Qur’an,akhirnya Abu baker menyetujuinya. Zaid ibn Tsabit menerima tugas untuk memimpin pengumpulan itu, dengan berpegang padatulisan yang tersimpan da rumah Rasul saw,hafalan-hafalan dari sahabat dan naskah-naskah yang ditulis oleh para sahabatuntuk dirinya sendiri. Zaid menjadi salah seorang penulis ayat-ayat al Qur’an Dngan ketekunan dan kesabaran Zaid berhasil menuliskan satu naskah al-Qur’an diatas adim(kulit yang disamak}. Setelah selesai, mushaf tersebut diserahkan kepada Abu Bakar dan disimpannya sampai wafat. Ketika Umar menjadi khalifah, mushaf itu berada dalam pengawasannya. Sepeninggal Umar, mushaf tersebut disimpan di rumah Hafsh binti Umar, istri Rasul saw.
E. Penutup
Setlah Nabi Muhammad saw wafat, tersebutlah sekelompok orang yang dinamakan khulafa’ ar-Rasyidin (para pengganti yang mendapatkan bimbingan kejalan yang lurus). Adapun khalifah/pengganti yang pertama adalah Abu Bakar, ia merupakan tipe orang yang sabar dan tabah dalam menghadapi suatu cobaan,dermawan dan tidak begitu suka menggunakan kekerasan dalam menggunakan kepemimpinannya, beliau juga ingin selalu membela kaum yang lemah tanpa pandang bulu.

Sabtu, 14 April 2012

Khilafah Islamiyah (Daulah Islam)

Khilafah Islamiyah (Daulah Islam)

Daulah Islam adalah suatu negara yang menerapkan sistem Islam.  Jadi bukan negara hanya unruk orang Islam saja, seluruh warganya baik yang Islam maupun non Islam dijamin hak-haknya oleh negara / khalifah. maka kalau ada khalifah sewenang - wenang terhadap warganya yang bukan non Islam maka wajib dilawan.
Khilafah atau Imamah adalah pengaturan tingkah laku secara umum atas kaum Muslim, artinya Khilafah bukan bagian dari akidah, tetapi bagian dari hukum syariah. Dengan demikian, Khilafah adalah masalah cabang yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan hamba. Mengangkat seorang khalifah adalah kewajiban seluruh kaum Muslim dan tidak halal bagi mereka hidup selama tiga hari tanpa adanya bai’at. Jika kaum Muslim tidak memiliki khalifah selama tiga hari maka seluruhnya berdosa hingga mereka berhasil mengangkat seorang khalifah. Dosa tersebut tidak akan gugur hingga mereka mencurahkan segenap daya dan upaya untuk mengangkat seorang khalifah dan memfokuskan aktivitasnya hingga berhasil mengangkatnya.
Kewajiban mengangkat seorang khalifah ditetapkan berdasarkan al-Quran, as-Sunah dan Ijmak Sahabat. Allah Swt. telah memerintahkan Rasul saw supaya menjalankan pemerintahan di tengah-tengah kaum Muslim dengan wahyu yang telah Dia turunkan kepadanya (QS al-Maidah [5]: 49). Seruan kepada Rasul saw. adalah seruan untuk umatnya selama tidak ada dalil yang mengkhususkan bagi Beliau saja. Dalam hal ini tidak ada dalil yang dimaksud, sehingga seruan tersebut ditujukan bagi seluruh kaum Muslim untuk mendirikan pemerintahan.

Imam Muslim juga meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasul saw. pernah bersabda:
مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
Siapa saja melepaskan tangan dari ketaatan kepada Allah, maka dia pasti akan bertemu Allah pada Hari Kiamat dalam keadaan tidak memiliki hujjah bagi-Nya. Siapa saja yang mati dan tidak ada baiat di pundaknya maka dia mati dalam keadaan mati Jahiliah. (HR Muslim).
Ijmak Sahabat juga telah menjadikan hal yang paling penting bagi mereka setelah wafat Nabi saw. adalah mengangkat seorang khalifah. Hal ini berdasarkan riwayat yang ada dalam dua kitab sahih dari peristiwa Saqifah Bani Saidah. Demikian juga setelah kematian setiap khalifah, secara mutawatir telah sampai adanya Ijmak Sahabat tentang kewajiban mengangkat seorang khalifah, bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang paling penting. Hal itu dianggap sebagai dalil yang qath‘i. Ada juga Ijmak Sahabat yang mutawatir tentang ketidakbolehan kosongnya umat dari seorang khalifah pada satu waktu tertentu. Karena itu, wajib bagi umat mengangkat seorang khalifah atau menegakkan Khilafah. Seluruh umat diseru dengan kewajiban tersebut sejak awal wafat Nabi saw. hingga tibanya Hari Kiamat.
Dalam konteks Ijmak Sahabat mengenai kewajiban untuk mengangkat seorang khalifah ini terlihat jelas dari apa yang telah Sahabat lakukan dengan mendahulukan mengangkat seorang khalifah dan membaiatnya daripada memakamkan jenazah Rasul saw. Hal ini juga tampak jelas dari tindakan Umar bin al-Khaththab saat dia ditikam dan sedang menjelang kematian. Kaum Muslim meminta kepadanya untuk menunjuk pengganti, namun beliau menolak. Mereka sekali lagi meminta kepadanya. Lalu akhirnya beliau menunjuk sebuah tim yang beranggotakan enam orang. Dengan kata lain, dia telah membatasi pencalonan sebanyak enam orang yang akan dipilih dari mereka seorang khalifah. Dia tidak mencukupkan diri dengan keputusan itu, tetapi membuat batas waktu bagi mereka, yaitu tiga hari. Kemudian beliau berpesan, jika ada yang tidak sepakat terhadap seorang khalifah setelah tempo tiga hari, maka bunuhlah orang tersebut. Dia juga mewakilkan kepada mereka siapa yang akan membunuh orang yang tidak sepakat tersebut, padahal mereka adalah ahlu syurga dan Sahabat Besar. Mereka adalah Ali, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah dan Saad bin Abi Waqash. Apabila mereka membunuh salah seorang di antara mereka sendiri manakala ia tidak sepakat untuk memilih seorang khalifah, hal itu menunjukkan adanya kepastian yang harus dipegang erat untuk memilih seorang khalifah.

Demikianlah, menegakkan Daulah Islamiyah/Khilafah Islamiyah adalah wajib atas seluruh kaum Muslim. Hal tersebut telah ditetapkan berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan Ijmak Sahabat.
Kesimpulan :
  1. Khilafah adalah perkara wajib dan merupakan bagian dari syariah Islam bukan syariah kafir.
  2. Khilafah adalah negara berdasarkan Islam, bukan untuk orang Islam saja.
  3. Khilafah Islam menjamin hak-hak warganya yang bukan non Islam.
  4. 3 perkara yang tidak boleh ditunda-tunda dalam Islam salah satu diantanya yaitu :
  • Mengurus jenazah harus cepat-cepat menguburnya
Waktu nabi Muhammad meninggal semua sahabat berpendapat (ijma` sahabat). harus cepat-cepat menentukan khalifah rasulullah (pengganti Muhammad) bukan menguburnya dulu, padahal mengubur adalah perkara syariah Islam yang hukumnya Fardhu kifayah dikalahkan dengan menentukan penentuan Khilafah Islam.

Hal ini menunjukan kewajiban yang mutlak untuk menegakkan khilafah Islam, bila di Indonesia menolak khilafah Islam, khilafah Islam akan tetap berdiri dan akan menundukkan dunia termasuk negara Arab Saudi, dengan kita atau tanpa kita Khilafah Islam akan segera berdiri di muka bumi ini, seperti yang dijanjikan oleh Allah dan rasulnya.

Minggu, 19 Februari 2012

Nama - Nama Walisongo 1


Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya  Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Arti Walisongo Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali yang paling awal. Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah Majelis Dakwah yang pertama kali didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim (Sunan
Gresik) pada tahun 1404 M/808 H. Saat itu Majelis Dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik); Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang); Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi,); Maulana Muhammad Al-Maghrabi Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra’il (Raja Champa Pertama; Maulana Muhammad Ali Akbar; Maulana Hasanuddin;Maulana ‘Aliyuddin dan Syekh Subakir. Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada
masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi
peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan. Nama-nama Walisongo Menurut Periode Waktunya Menurut Catatan dari Al-Habib Hadi bin
Abdullah Al-Haddar dan As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini, disebutkan bahwa: Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 – 1435 M. Terdiri dari:

1. Maulana Malik Ibrahim, [wafat 1419 M] 
2. Maulana Ishaq, 
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
5. Maulana Malik Isra’il,[wafat 1435 M]
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, [wafat 1435 M]
7. Maulana Hasanuddin,
8. Maulana ‘Aliyuddin,
9. Syekh Subakir, atau Syaikh

Muhammad Al-Baqir Wali Songo Angkatan ke-2, tahun
1435 – 1463 M, terdiri dari 1. Sunan Ampel, [tahun 1419
menggantikan Maulana Malik Ibrahim]
2. Maulana Ishaq, [wafat 1463]
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
5. Sunan Kudus, [tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il]
6. Sunan Gunung Jati, [tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar]
7. Maulana Hasanuddin, [wafat 1462 M]
8. Maulana ‘Aliyuddin, [wafat 1462 M] 
9. Syekh Subakir, [wafat 1463 M] 

Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 - 1466 M, terdiri dari : 
 1. Sunan Ampel,
2. Sunan Giri, [tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq]
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, [w.1465 M]
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, [w.1465 M]
5. Sunan Kudus, 
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang, [tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin]
8. Sunan Derajat, [tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin]
9. Sunan Kalijaga, [tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir] 

Wali Songo Angkatan ke-4, 1466 - 1513 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, [w.1481]
2. Sunan Giri, [w.1505]
3. Raden Fattah, [pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra]
4. Fathullah Khan [Falatehan], [pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-
     Maghrabi]
5. Sunan Kudus,
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang,
8. Sunan Derajat, 
9. Sunan Kalijaga, [wafat tahun 1513] 

Wali Songo Angkatan ke-5, [1513 -1533 M], terdiri dari :
1. Syaikh Siti Jenar, wafat tahun 1517] [tahun 1481 Menggantikan Sunan Ampel]
2. Raden Faqih Sunan Ampel II [ Tahun 1505 menggantikan kakak iparnya, yaitu 
    Sunan Giri] 
3. Raden Fattah, [wafat tahun 1518]
4. Fathullah Khan [Falatehan],
5. Sunan Kudus, [wafat 1550]
6. Sunan Gunung Jati,
7. Sunan Bonang, [w.1525 M]
8. Sunan Derajat, [w. 1533 M] 
9. Sunan Muria, [tahun 1513 menggantikan ayahnya yaitu Sunan Kalijaga] 

Wali Songo Angkatan ke-6, [1533 - 1546 M], terdiri dari:
1. Syaikh Abdul Qahhar [Sunan Sedayu], [Tahun 1517 menggantikan ayahnya, yaitu 
    Syaikh Siti Jenar]
2. Raden Zainal Abidin Sunan Demak [Tahun 1540 menggantikan kakaknya, yaitu 
     Raden Faqih Sunan Ampel II) 3. Sultan Trenggana [tahun 1518 menggantikan 
     ayahnya yaitu Raden Fattah]
4. Fathullah Khan [Falatehan], [wafat tahun 1573]
5. Sayyid Amir Hasan, [tahun 1550 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan Kudus]
6. Sunan Gunung Jati, [w.1569]
7. Raden Husamuddin Sunan Lamongan, [Tahun 1525 menggantikan kakaknya, yaitu 
    Sunan Bonang] 8. Sunan Pakuan, [Tahun 1533 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan    Derajat]
9. Sunan Muria, [w. 1551] 

Wali Songo Angkatan ke-7, 1546- 1591 M, terdiri dari :
1. Syaikh Abdul Qahhar [Sunan Sedayu],[wafat 1599]
2. Sunan Prapen, [tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak]
3. Sunan Prawoto, [ tahun 1546 Menggantikan ayahnya Sultan Trenggana]
4. Maulana Yusuf, [pada tahun 1573 menggantikan pamannya yaitu Fathullah Khan  
     [Falatehan], Maulana Yusuf adalah cucu Sunan Gunung Jati] 
5. Sayyid Amir Hasan,
6. Maulana Hasanuddin, [pada tahun 1569 menggantikan ayahnya, yaitu Sunan 
    Gunung Jati]
7. Sunan Mojoagung [tahun 1570 Menggantikan Sunan Lamongan] 
8. Sunan Cendana, [tahun 1570 menggantikan kakeknya, yaitu Sunan Pakuan]
9. Sayyid Shaleh [Panembahan Pekaos], [tahun 1551 menggantikan kakek dari ibunya, 
     yaitu Sunan Muria. Sedangkan Sayyid Shaleh adalah Shaleh bin Amir Hasan bin 
     Sunan Kudus] 

Wali Songo Angkatan ke-8, 1592-1650 M, terdiri dari :
 1. Syaikh Abdul Qadir [Sunan Magelang], asal Magelang, [wafat 1599], menggantikan 
     Sunan Sedayu
2. Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi, [1650 menggantikan Gurunya yaitu Sunan Prapen] 
3. Sultan Hadiwijaya [Joko Tingkir], [tahun 1549 Menggantikan Sultan Prawoto]
4. Maulana Yusuf, asal Cirebon
5. Sayyid Amir Hasan, asal Kudus
6. Maulana Hasanuddin, asal Cirebon 
7. Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani, [tahun 1650 Menggantikan Sunan Mojo 
    Agung]
8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al- Manduri, [tahun 1650 menggantikan Sunan 
    Cendana] 9. Sayyid Shaleh [Panembahan Pekaos], 


Wali Songo Angkatan ke 9, 1650 – 1750M, terdiri dari:
 1. Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan [tahun 1750 menggantikan Sunan Magelang]
2. Syaikh Shihabuddin Al-Jawi [tahun 1749 menggantikan Baba Daud Ar-Rumi]
3. Sayyid Yusuf Anggawi [Raden Pratanu Madura], Sumenep Madura [Menggantikan, 
     yaitu Sultan Hadiwijaya / Joko Tingkir]
4. Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani, [tahun 1750 Menggantikan Maulana Yusuf, 
    asal Cirebon ]
5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. [1740 menggantikan Gurunya, yaitu Sayyid Amir 
    Hasan bin Sunan Kudus]
6. Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir [ tahun 1750 menggantikan 
buyutnya 
    yaitu Maulana Hasanuddin]
7. Sultan Abulmu’ali Ahmad [Tahun 1750 menggantikan Syaikh Syamsuddin Abdullah 
    Al-Sumatrani]
8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri
9. Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan [tahun 1750 menggantikan ayahnya, Sayyid 
    Shalih Panembahan Pekaos] 

Wali Songo Angkatan ke-10, 1751 – 1897  terdiri dari :
1. Pangeran Diponegoro [ menggantikan gurunya, yaitu: Syaikh Abdul Muhyi     Pamijahan] 
2. Sentot Ali Basyah Prawirodirjo, [menggantikan Syaikh Shihabuddin Al-Jawi]
3. Kyai Mojo, [Menggantikan Sayyid Yusuf Anggawi [Raden Pratanu Madura]
4. Kyai Kasan Besari, [Menggantikan Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani]
5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. …
6. Sultan Ageng Tirtayasa Abdul Fattah, [menggantikan kakeknya, yaitu Sultan 
     Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir]
7. Pangeran Sadeli, [Menggantikan kakeknya yaitu: Sultan Abulmu'ali Ahmad]
8. Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan, Sumenep, Madura [Menggantikan Syaikh Abdul 
    Ghafur bin Abbas Al-Manduri]
9. Sayyid Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek), Bangkalan, Madura, [Menggantikan 
    kakeknya, yaitu: Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan] Tahun 1830 – 1900 [Majelis 
    Dakwah Wali Songo dibekukan oleh Kolonial Belanda, dan banyak para ulama’    keturunan Wali Songo yang dipenjara dan dibunuh] 

Dari nama para Wali Songo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
• Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim 
• Sunan Ampel atau Raden Rahmat
• Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
• Sunan Drajat atau Raden Qasim
• Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq
• Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
• Sunan Kalijaga atau Raden Said
• Sunan Muria atau Raden Umar Said
• Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah Para Walisongo tidak hidup pada saat
yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat,
baik dalam ikatan darah juga karena pernikahan atau dalam hubungan Mursyid-Murid.